Gulen Tegaskan Tak Pernah Dukung Erdogan



( 2016-08-25 13:29:34 )

President Turki Reccep Tayyip Erdogan dan ulama Terkemuka Fethullah Gulen dikabarkan sempat memiliki kedekatan. Namun Gulen menegaskan sejak awal dirinya tidak pernah mendukung Erdogan.
"Kami tidak pernah bersama. Dia merupakan orang yang pertama kali membuat perlawanan dan permusuhan. Saya, belum pernah bersikap seperti itu kepada orang lain," tutur Gulen ketika ditemui di tempat tinggalnya di Kamp Golden Generation, Worship and Retreat Center (GGWRC), di pedesaan Pensylvannia, Amerika Serikat, Minggu (21/8/2016).
Gulenis, begitulah sebutan bagi pendukung Gulen, dipercayai memiliki peran serta memenangkan AKP dan Erdogan sebagai perdana menteri pada tahun 2002 lalu. Dari sinilah timbul anggapan kedekatan Erdogan dan Gulen. Terlebih, tahun 1998 lalu, Gulen sempat didatangi Erdogan yang meminta saran untuk membangun partai politik Islam, yaitu Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party/AKP).
Lalu timbul kasus korupsi yang diduga dilakukan Erdogan menyeruak ke publik pada tahun 2013. Kekayaan Erdogan dikabarkan meningkat pesat, termasuk salah satunya mempunyai perusahaan kapal yang memakai atas nama anaknya yang saat itu masih kuliah. Terdapat bukti juga dana miliaran dollar Amerika yang mengalir dari rekening keluarga Erdogan ke luar negeri. Akan tetapi, kasus dugaan korupsi tersebut menguap begitu saja.
Dari adanya kasus itu Gulen dan Erdogan dikabarkan 'pisah jalan'. Gulen yang selalu mengkritik Erdogan tentang kasus korupsi tersebut mendapat serangan dari si Presiden Turki.
"Usai kasus korupsi muncul di tahun 2013, dia mulai menyerang Hizmet," tutur Gulen.
Selain kasus korupsi tersebut, hal yang menimbulkan perselisihan kedua tokoh itu adalah karena keinginan Erdogan untuk menjadi amirul mukminin. Namun Gulen tidak mau menyebut Erdogan sebagai amirul mukminin, begitupun para Gulenis.
Terkait perselisihannya dengan Erdogan, Gulen mengatakan ada sejumlah pihak yang sudah menemuinya untuk meredakan situasi. Gulen mengatakan bahwa dirinya siap berdamai dengan Erdogan, namun tentu saja dengan syarat.
"Terdapat beberapa pihak yang mencoba membantu meredakan situasi ini. Saya mengatakan kepada mereka, jika dia (Erdogan) mengakui perbuatannya melalui televisi, bahwa dia sudah berbohong, memfitnah pengikut hizmet dan juga saya, saya akan menerimanya. Jika dia meminta maaf maka saya akan memaafkannya. Karena Allah menyuruh kita untuk memaafkan," jelas Gulen.