Sektor Migas Diimbau Harus Efisien, Luhut: Jangan Berpolitik



( 2016-08-25 03:39:18 )

Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan mengatakan bahwa efisiensi saat ini mutlak dilakukan terutama di sektor minyak dan gas (migas). Hal ini juga yang sedang dikebut oleh Kementerian ESDM guna mengatasi berbagai isu strategis yang ada di sektor migas.
"Saat ini saya akan mengatasi beberapa masalah, seperti banyak peraturan yang dirasa mempersulit. Kalau bisa diatasi hanya dengan Kepmen (Keputusan Menteri) saya akan tandatangani, selama itu untuk efisiensi," ujarnya dalam keterangan resminya saat menyampaikan sambutannya pada Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Migas di Nusa Dua, Bali dikutip dari siaran pers, Rabu (24.08.2016).
"Saya ingin di ESDM ini memiliki teamwork yang baik, jangan bapak-bapak berpolitik. Bekerjalah sesuai bidang kerja Anda. Saya ingatkan kepada saudara, tugas pokok kita adalah menjadikan organisasi ini menjadi organisasi yang efisien dan efektif," ujar Luhut.
Ia mengatakan memang masih banyak yang harus dibenahi, misalnya sistem pengkajian yang belum benar, padahal ada UU yang mengatur.
"Hal ini tentu kami pikirkan dan Presiden (Joko Widodo/Jokowi) akan berencana untuk melakukan perubahan jika pertumbuhan ekonomi kita mencapai angka enam persen," katanya penting untuk memberi sumbangsih dan kejujuran dalam membangun negeri ini serta memberikan tauladan.
"Contohlah kesederhanaan Presiden kita, keluarganya pun hidup sederhana. Saya juga selalu berusaha memberi tauladan kepada anak buah saya. Tidak pernah memerintahkan anak buah saya untuk melakukan sesuatu yang saya tidak bisa lakukan," tambah Luhut.
Dalam acara ini, Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM memberikan penghargaan sebagai apresiasi kepada sejumlah perusahaan migas yang berhasil menjamin keselamatan kerja dan usaha migasnya. Luhut pun memberi selamat kepada Pertamina yang menyabet delapan dari 11 penghargaan. Ia memuji Pertamina yang memiliki laporan keuangan yang baik.
"Utang jangka pendeknya yang hampir US$ 5 miliar pada 2014, kini hanya tinggal US$ 0,44 miliar. Net cash (arus kas) nya dari US$ 3,1 miliar sekarang sekarang US$ 5,4 miliar," ujarnya.
Namun demikian, Luhut mengharapkan agar Pertamina juga bisa lebih efisien lagi dan menggunakan lebih banyak produk dalam negeri. Menurutnya penggunaan produk-produk dalam negeri untuk banyak manfaatnya untuk negara seperti membuka lapangan kerja, ada nilai tambah seperti pajak. Jika kulitas produk dalam negeri ada kurang-kurang sedikit, menurutnya itu akan bertambah baik dengan berjalannya waktu.
"Pertamina ini masih banyak TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang belum dipakai. Lebih baik lagi kalau di hulu menggunakan pipa buatan dalam negeri. Kini saya ada disini (Kementerian ESDM), akan saya awasi," tandasnya.
"Saya memahami Pertamina dan (perusahaan-peruhaan) Migas punya standar yang tinggi. Saat ini PN Gas masih banyak impor, sekarang harus dikurangi. saya kan pantau ini. Pabrik pipa di Indonesia ada empat sekarang ini, mereka semua underutilized," jelasnya.
Luhut juga mengatakan bahwa pipa-pipa buatan Indonesia harus lebih banyak digunakan perusahaan di Indonesia, karena pipa produksi dalam negeri ini memiliki kualitas yang memadai dan telah diekspor ke luar negeri.
"Kelemahan kita sekarang adalah inefisiensi, terlalu banyak impor. Kita ingin Pertamina jadi perusahaan besar, tapi efisien. Selama ini kita menggunakan pipa impor, enough is enough," pungkasnya.
Tidak lupa, Luhut juga menjelaskan mengenai revisi PP no. 79 th 2010 yang saat ini sedang digodok. Luhut mengatakan, akan melibatkan pelaku pasar dalam merumuskannya dan sudah masuk dalam tahap finalisasi sebelum dilaporkan nantinya kepada Presiden. PP ini mengatur tentang biaya operasi yang dapat dikembalikan dan perlakuan pajak penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.