Menyambut Pidato Janet Yellen, Tiga Mata Uang ini Harus Hati-hati



( 2016-08-25 03:00:13 )

Para pelaku pasar diharapkan untuk dapat lebih teliti lagi dalam mencermati berbagai gejolak pasar yang akan muncul dari berbagai macam kejutan dari pidato Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen di Jackson Hole, Wyoming AS. Ada tiga mata uang yang dianggap paling rentan untuk menghadapi gejolak ini, diantaranya adalah Poundsterling, Yen, dan Dolar Selandia Baru.

Dalam dua tahun terakhir ini, ketiga mata uang tersebut sangat rawan pada kebijakan suku bunga. Ketidakseimbangan kebijakan antara Bank Sentral AS dengan bank-bank sentral dari Inggris, Jepang dan Selandia Baru menjadikan hamparan fluktuasi yang dalam. Secara diferensial, kenaikan sebesar 0,1% poin bagi Dolar AS akan mendorong Poundsterling untuk turun sebesar 1,5%.

Pasar benar-benar berharap dalam pidato Yellen yang akan disampaikan nantinya dapat memberikan gambaran tentang kebijakan suku bunga yang akan diambil. Dalam waktu satu bulan ini, pasar uang global mengalami gejolak tinggi terkait rencana kenaikan suku bunga. Para pelaku pasar terpecah antara pihak-pihak yang yakin suku bunga AS akan dinaikkan sedini mungkin dan pihak yang melihat suku bunga AS tidak akan dinaikkan setidaknya hingga akhir tahun ini. Yellen diharapkan memberikan isyarat apakah The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga kembali setelah bulan Desember kemarin menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak Juni 2006.

Memang saat-saat ini berbagai pernyataan dari The FED masih bernada tenang, walaupun tingkat pernyataan tersebut cukup tinggi sepanjang tahun ini. Kemungkinan The FED menaikkan suku bunga pada bulan September ini meningkat menjadi 28% dari sebelumnya hanya 24% diawal pekan ini. Sebaliknya keyakinan bahwa suku bunga akan dinaikkan diakhir tahun masih cukup tinggi, sebesar 54%. Sangat sulit apabila hanya mengandalkan besarnya volume saja untuk melihat tren yang berlaku, sangat kecil saat ini. Namun jika terjadi gejolak yang tinggi hingga pasar meloncat, kita bisa paham dengan yang terjadi. Keyakinan yang lebih kuat menilai bahwa Dolar AS menjurus menguat kedepannya. Situasi saat ini dianggap sudah dalam posisi jenuh untuk jual, sehingga sangat beresiko apabila tidak mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan arah.

Sementara itu, sinyal ekonomi menunjukkan penjualan perumahan AS mengalami penurunan. Data dari The National Association of Realtors mengatakan penjualan hunian bekas turun lebih rendah dari perkiraan dibulan Juli ini. Anjlok dari posisi tertingginya sepanjang sembilan tahun. Laporan ini muncul satu hari setelah Departemen Perdagangan AS mengabarkan pembelian hunian baru di AS secara mengejutkan mengalami kenaikan.

Dolar AS menguat 0,4% ke $1.1264 per Euro dan 0,2% ke 100,45 Yen. Poundsterling berangsur-angsur naik sampai ke posisi tertinggi dalam tiga minggu ini, seiring dengan data ekonomi Inggris yang menunjukkan kekuatan ekonominya paska pemungutan suara. Mata uang negara-negara berkembang masih terus tumbang. Rand Afrika Selatan terjungkal pada posisi terendah dibulan ini. Won Korea Selatan tergerus dan membuat sejumlah mata uang dikawasan Asia turun pula setelah pihak Kora Utara meluncurkan rudal yang membuat gerah kawasan ini. Peso Meksiko dan Real Brazil yang berhasil menguat.